News Ticker:

Home » , » The Young, The Gunners

The Young, The Gunners

Oleh: Andhika Putra Dwijayanto, alumni DKM TM angkatan 2011




Bukan hal yang aneh kalau Arsenal punya julukan The Young Gunners. Dengan mengabaikan Santi Cazorla dan Mikel Arteta yang usianya udah hampir kepala tiga, pemain Arsenal kebanyakan memang masih muda. Lihat aja Jack Wilshere, Wojciech Szcsczesny (halah, susah amat namanya!), Olivier Giroud, Theo Walcott, dan Aaron Ramsey. Usianya masih pada di bawah 25 tahun, dan mereka jadi andalan tim. Selain para pemandu bakat Arsenal doyan nyari para daun muda, mereka juga suka ngorbitin pemain dari akademi mereka sendiri, Hasilnya, banyak yang sukses. Contoh Robin Van Persie dan Cesc Fabregas yang sekarang main di Manchester United dan Barcelona. Mereka didikan Arsenal, dan karir sepakbolanya bagus, jadi pemain kelas dunia. Dan kalau bukan gara-gara pemain mereka dijual terus, mungkin Arsenal udah sejak lama mengakhiri puasa gelarnya yang saat ini udah mencapai 8 tahun. Lalala~

Atau bisa lihat juga ke Borussia Dortmund. Tim yang jadi kuda hitam Liga Champions musim ini, bahkan masuk final, adalah tim dengan skuad termuda di Liga Champions. Andalannya? Mario Goetze, Marco Reus, Robert Lewandowski, Mats Hummels, Neven Subotic, Jakub Blaszcsykowski (ribet amat sih nama orang Polandia??), Ilkay Guendogan, dan lain-lain. Mereka ini daun-daun muda berbakat yang luar biasa, bahkan nyaris bikin Dortmund jadi tim yang nggak pernah kalah di Liga Champions musim ini, sebelum tumbang di kaki Real Madrid (main bola kan pake kaki, bukan tangan).

Tanpa terikat dengan tim tertentu, bisa juga dilihat kinerja David de Gea di bawah mistar Manchester United, Gareth Bale di sayap Tottenham, Juan Mata sebagai playmaker Chelsea, dan Christian Benteke sebagai harapan Aston Villa untuk menjebol gawang lawan. Mereka pemain muda yang dipercaya timnya untuk menjadi tulang punggung dan berhasil memenuhi ekspektasi yang diharapkan para manajer. Performa mereka luar biasa, sampai menjadikan mereka The Best Eleven di kategori masing-masing.

Pemain muda, meski kadang emosinya masih kurang terkontrol dan kadang suka bikin kontroversi (contohnya Mario Balotelli), tapi nggak diragukan lagi, mereka punya potensi yang luar biasa. Semangat, determinasi, kecepatan, kelincahan, insting yang mantap, semua itu dibutuhkan sebagia langkah awal menjadi pemain bintang. Ketika mereka bisa menjaga performa dan membangun kedewasaan dengan baik, ya kita tinggal lihat aja mereka jadi superstar di usia matangnya.

Jadi, esensinya apa?

Well, kita tahu bahwa kita hidup di zaman yang serba gila. Kerusakan di sana-sini, kejahatan terjadi tanpa henti, orang miskin dilarang sakit dan sekolah, dan sebagainya dan sebagainya yang kalau kujabarin semuanya gak bakalan cukup satu-dua minggu. Para petinggi yang generasinya di atas kita-kita ini banyak yang menggila dan terjerat kasus ini-itu. Korupsi lah, suap lah, penggelapan dana lah, pencucian uang lah, pembuatan UU yang berpihak pada asing lah, hadooohhh.. Kacau lah, kacau!

Tahu kalau generasi yang udah sepuh kayak begini, harapan pun diberikan pada generasi yang lebih muda. Pengennya sih, generasi muda kita yang lagi begitu semangat, idealis, kritis, jiwanya berkobar-kobar kayak Bandung Lautan Api, bisa ngatasin persoalan-persoalan bangsa ini yang numpuknya udah jauh ngelebihin tumpukan skripsi yang direvisi dosen pembimbing selama 20 tahun. Hasilnya? Sayangnya, masih begini-begini juga sampai saat ini.

Lebih sayang lagi, kalau lihat sekarang anak-anak muda pada kayak gimana. Loh, emangnya gimana? Yah, ternyata, yang diharapkan untuk menjadi generasi pembaharu ini nggak jauh beda sama yang udah waktunya didaur ulang. Loh, kok gitu?

Hei, coba lihat anak-anak muda kerjaan utamanya sekarang apa? Belajar? Kagak! Pacaran? Iya! Berkreasi dengan teknologi? Kagak! Ngegalau mendayu-dayu di twitter? Iya! Ngaji dan mendakwahkan Islam? Kagak! Sibuk melototin paha personel JKT48 sama Cherrybellesampe ngiler pelangi? Iya! Yang melakukan hal positif cuma sebagian kecil, sisanya kemakan arus mainstream dengan jadi remaja alay-galau-ababil yang tiap hari kerjaannya nggak jauh-jauh dari 4F: Fun, Food, Freak, dan Fight.

Nggak usah jauh-jauh, cek di facebook. Buat yang akunnya masih penuh dengan anak-anak muda mainstream, perhatiin apa yang biasanya dicurhatin. Cinta? Galau? Laporan mau deadline? Ribut antara VVota sama Chibi? Bahasa kebun binatang? Debat kenapa Fatin nggak keluar dari X-Factor? Atau apa lagi? Rata-rata topik yang diomongin nggak penting-penting amat kok, yang nggak akan memperbaiki apapun. Yang ada malah nambah masalah nggak jelas, kayak para penggemar JKT48 yang ngamuk-ngamuk pas sesembahannya dijadiin bahan lelucon di meme. Hadoohhh...

Dunia nyata? Nggak di sana, nggak di sini, pacaran. Cowok-cewek bocengan naik motor berduaan sambil keliatan sok mesra gitu (yang bikin gue mual), atau sarapan soto berduaan. Yang rada reman, ngerokok di kantin, nongkrong sama para baragajul, atau nanyain semua anak seumuran SMA yang lewat, kalau-kalau dia dari SMK yang jadi musuh bebuyutannya untuk kemudian digebugin dan mancing tawuran baru. Kalau main ke warnet, bocah-bocah ingusan seumuran SD sampe yang agak bangkotan seumuran SMA udah menuhin komputer yang tersedia dan main tembak-tembakan ala Point Blank, sambil bahasa kebun binatangnya keluar pas ada bom nyasar. Pada masih pada di jam sekolah pula. Jiaahhhh...

Masih ada? Masih! Uaakkeehh tenaan! Dan nggak bakalan cukup buat dijelasin secara detil di sini, bisa berapa ratus halaman? Tapi itu bisa jadi gambaran, betapa menyedihkannya generasi muda zaman sekarang. Apa yang bisa diharapkan buat memperbaiki negeri ini kalau kebanyakan anak muda kayak begitu? #ngelusdada

Prihatin, karena kalau menengok kembali sejarah peradaban Islam, bisa ditemukan betapa banyaknya pemuda yang luar biasa pada masanya. Ali bin Abi Thalib, masuk Islam pada waktu masih 8 tahun, dan terkenal dengan kejeniusannya. Mush’ab bin Umair, yang rela meninggalkan kehidupan borjunya (kalau zaman sekarang, mungkin kayak anak muda belagu di sinetron-sinetron kampungan) dan beralih pada Islam. Bahkan, beliau jadi duta pertama Rasulullah untuk mendakwahkan Islam di Madinah. Atau Imam asy-Syafi’i, hafal al-Qur’an di usia 7 tahun dan jadi asisten Imam Malik saat 12 tahun (artinya belum juga masuk usia baligh!).

Yang paling terkenal, pasti tahu tentang Muhammad Al Fatih. Jadi Khalifah pas usia 21 tahun, dan menaklukkan Konstantinopel pas usianya 23 tahun! Rasulullah mengatakan bahwa panglima perang terbaik sepanjang zaman akan jatuh pada orang yang memimpin penaklukkan Konstantinopel, dan gelar itu jatuh pada seorang pemuda! Kalau di zaman sekarang, ada nggak yah usia 23 tahun bisa menaklukkan sebuah negeri? Atau masih berkutat dengan skripsi? #ditimpukmahasiswatingkatakhir

Masih banyak lagi kisah inspiratif di masa peradaban Islam, bagaimana para pemuda menghasilkan prestasi luar biasa dalam usia yang masih menuju kematangan. Nggak heran kalau Soekarno pernah menyatakan sebuah pernyataan yang sampai sekarang masih begitu terkenal: “Berikan aku sepuluh orang pemuda, maka aku akan guncangkan dunia”. Nggak salah, soalnya pemuda emang punya potensi nyaris tak terbatas buat melakukan sesuatu yang nggak bisa dilakukan oleh generasi sepuh: Perubahan.

Aku nggak lagi menafikan peran generasi tua, tapi faktanya generasi muda juga megang peran penting dalam perubahan. Dan perubahan ini bakalan ngarah ke perubahan yang baik atau malah sebaliknya, bergantung pada kualitas si pemuda itu sendiri. Apa dia sehari-harinya punya mental galau kayak krupuk disiram air, atau punya mental untuk membawa negeri ini jadi lebih baik?

Tentu, punya semangat perubahan doang aja nggak cukup. Para pemuda juga harus punya gambaran jelas, mau dibawa kemana perubahan ini? Mau menuju arah yang benar-benar baru, atau cuma mau mengulangi kesalahan dan kegagalan yang sama? Lebih spesifik lagi, mau ke arah Islam atau mengulangi kegagalan sekulerisme?

Ah, kalau kita mau merenung sejenak, para pemuda yang berhasil berprestasi dan namanya tercatat dalam sejarah dengan mulia itu, kita akan temukan bahwa mereka dibina dengan Islam. Mereka tahu persis, bahwa perubahan, keberhasilan, kemenangan yang hakiki, itu bisa diperoleh dengan dan hanya dengan Islam. Apa lagi yang bikin Mush’ab bin Umair rela ninggalin kehidupan serba mewah dan hidup menderita membantu Rasulullah kalau bukan Islam? Apa lagi motivasi Muhammad Al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel kalau bukan untuk menyambut janji Allah? Apa yang bikin Bilal bin Rabah ngotot bilang “Ahad! Ahad!” meskipun disiksa habis-habisan oleh Umayyah kalau bukan karena Islam? Well guys, para pembaharu hakiki memang senantiasa melandaskan dirinya pada Islam, bukan yang lain.

Alangkah kerennya kalau pemuda sekarang mau mengkaji tentang Islam dengan baik dan nggak menghabiskan waktu untuk hal sia-sia kayak debatin kerenan mana antara JKT48 dengan Cherrybelle. Alangkah kerennya pula, kalau para pemuda sekarang mau melakukan perubahan ke arah perubahan yang hakiki, perubahan ke jalan Islam, dan melupakan usaha untuk membangkitkan demokrasi dan sekulerisme (yang sampe Fir’aun bisa dihidupin lagi pake Monster Reborn juga gak bakalan bisa bangkit). Menggunakan waktunya demi tegaknya Islam, itu jauh lebih keren dan greget ketimbang menghabiskan waktu buat hal-hal yang sia-sia. Apalagi, muslim yang taat pada masa mudanya akan lebih dicintai Allah daripada muslim yang taat di masa tua. Hei, siapa yang nggak mau dicintai Allah, sih? Kalau ada yang kayak gitu, segera periksakan diri ke guru ngaji terdekat, mungkin hatinya lagi bermasalah.

Nggak ada ruginya kalau para pemuda muslim ikut mengkaji Islam secara totalitas dan ikut mendakwahkannya, sehingga nantinya bakalan membawa perubahan sejati yang diharapkan, perubahan menuju Islam. Soalnya, kalaupun nggak terkenal di mata manusia nantinya, siapa yang bisa jamin kalau nggak bakalan terkenal di mata penduduk langit? Itu jauh lebih greget lagi. Apalagi, dengan mengkaji dan mendakwahkan Islam, semakin besar kemungkinan kita akan mendapat Ridha Allah. Well, nikmat apa lagi sih yang lebih besar ketimbang Allah ridha pada kita?

Yogyakarta, 18 Mei 2013
gak tahu kesambet apaan tiba-tiba jadi nyambung ke Arsenal
Share this article :

0 komentar:

Baca Juga

LOMBA PENULISAN (JANUARI)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Forum Alumni DKM Talimul Muta'allim - All Rights Reserved